Jumat, 16 September 2016

Warkop DKI Reborn (Jangkrik Boss! – Part 1)



Title  : Warkop DKI Reborn (Jangkrik Boss! – Part 1)
Director  : Anggi Umbara
Cast  : Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, Tora Sudiro, Indro Warkop, Hannah Al Rashid
Rating  movie.co.id  : 6.5/10
Genre  : Comedy
Country  : Indonesia

 
Pic 1 : Warkop DKI Reborn

Review kali ini saya angkat dari dunia perfilman Indonesia, pending dulu buat jiwa kebule-buleannya ya. Jadi gini, tanggal 14 September lalu saya dapat kesempatan yang kedua untuk masuk cinema lagi di usia baligh. Bahagia…? Woyajelaaasss, apalagi filmnya bergenre komedi kan favorit saya, ditambah lagi dengan karakter perannya  Dono, Kasino, Indro. Yuhuuu, Warkop DKI yang coba dilahirkan kembali di era modern.

Sebelum masuk ke pembahasan mengenai film yang diperankan oleh Abimana sebagai Dono, Vino sebagai Kasino dan Tora sebagai Indro saya mau mengingatkan jika review ini mengandung spoiler. Supaya tidak melupakan sosok aslinya ada beberapa flashback yang nantinya coba saya ulas, sebagai perbandingan dengan pemerannya saat ini. Dengan catatan, tidak sedikitpun bermaksud untuk berpikir kearah negatif, jadi silahkan dinikmati.

Selesai…

Belum ding, belum mulai malah membahasnya.

Warkop DKI atau yang dikenal dengan singkatan Dono Kasino Indro, jadi pembahasan pertama dari tokoh bernama Dono. Secara visual Abimana sukes memerankan sosok Dono yang terkenal paling polos diantara trio ini. Plus suara yang entah itu efek atau pinternya Abimana aja jadi bisa mirip sama Dono termasuk logatnya bisa kalian dengar ketika ngomong “Halaaah Ndro..” Gesture atau gerakan tubuh juga cukup mengembalikan memori tentang Dono yang suka ngasal ngikutin orang nyanyi tapi malah jatuhnya gak jelas.

Kedua adalah favorit saya Kasino yang diperankan oleh Vino G. Bastian, sangat terlihat kerja keras Vino untuk menghidupkan kembali sosok Kasino. Salah satunya adalah logat Kebumennya yang khas dan beberapa password yang sering diucapkan Kasino ketika mengumpat monyet bau, kadal bintit, muka gepeng, kecoa bunting, babi ngepet, dinosaurus, brontosaurus, kirik :D Mengenai gaya berpakaiannya, untuk beberapa scene sosok Vino seakan lenyap dan berganti dengan Kasino dari Rawabelong.

Sosok ketiga adalah Indro yang diperankan oleh Tora, ini orang katanya udah GR pas mau ada syuting Warkop DKI Reborn soalnya banyak yang bilang dia paling mirip Oom Indro. Dan saya membuktikan kebenarannya ketika Tora menggunakan kaos yang cukup pas untuk ukuran tubuhnya, potongan rambut serta body jaman Indro masih muda dulu. Soal logat medan, Tora sepertinya gak perlu belajar banyak, karena ini bukan hal baru lagi di film Naga Bonarpun Tora juga sudah memakai logat Batak bukan…?

Masuk ke pembahasan mengenai filmnya, gambaran kehidupan rakyat kecil dari sudut pandang komedi begitu kentara di awal film. Pelanggaran yang terjadi di masyarakat yang malah menjadi bahan bercandaan juga coba diangkat disini, seperti ibu rumah tangga sebagai pengendara motor yang memiliki aturan sendiri di jalanan. Seolah menunjukkan aturan lalu lintas tidak akan berlaku terhadap mak-mak geng motor yang pada konvoi.

Celetukan khas dari beberapa film terdahulu juga coba dimasukkan oleh Anggy Umbara sebagai sutradara sebagai pengingat serta pemancing tawa penonton film. Sentilan-sentilan terhadap pemerintahan juga tidak ketinggalan dalam ambil bagian di film Warkop DKI Reborn. Serta yang paling utama adalah tingkah konyol tiga karakter utama yang selalu melakukan kesalahan dalam bertugas dan berujung pada kesialan.

Warkop DKI Reborn coba memberikan sentuhan berbeda dalam mengeksekusi scene action, jika di film terdahulu Kasino menjadi CHIPS dengan mengenadari motor anak-anak, kini motor yang digunakan adalah motor gede. Adegan kejar-kejaran dengan pelaku kriminal dijalanan seolah menunjukkan film ini bukan sekedar hiburan murah dan digarap sembarangan. Nah, dalam adegan ini celetukan Kasino kembali membuka memori lama yaitu menunjukkan kalo semua ini adalah film jadi adegan kejar-kejarannya harus terlihat seru, oleh karena itu pelaku kriminal diberikan kesempatan untuk melarikan diri.

Warkop’s Girl atau Warkop’s Angel yang diperankan oleh Hannah Al Rashid sebagai Sophie, mengingatkan kita kepada sosok Meriam Bellina, yang dulu begitu sering mengisi beberapa film Warkop. Perbedaannya keberadaan wanita-wanita menggunakan bikini dihilangkan disini, selain menghormati mengenai peraturan sensor perfilman di Indonesia, Anggy Umbara ingin menampilkan kesan seksi bukan hanya terlihat dari pakaiannya. Seksi bisa terlihat dari aura yang dimiliki para wanita, kepintaran, kelihaian dan cekatan dalam bertugas juga dapat menggambarkan sosok seksi.

Soundtrack…? Yang baju merah jangan sampai lepas. Kalo ada yang masih inget atau familiar dengan lagu ini gak usah khawatir ada sedikit improvisasi scene dan memasukkan adegan Kasino menyanyikan lagu kode. Ingat, jangan dibandingkan yah suaranya karena karakternya udah beda dari Kasino yang cempreng ke Vino yang ngebass. Vino juga mengakui kesulitan dalam hal bernyanyi karena menempatkan tempo dan lirik yang pas.

Adegan kejar-kejaran bukan dalam bentuk action, disini trio warkop yang dikejar karena sebuah kesalahpahaman juga ada. Sedikit mengingatkan pas film berakhir jangan langsung meninggalkan tempat duduk anda, karena masih ada kejutan dibalik layar pembuatan Warkop DKI Reborn yang sayang sekali kalau harus saya jabarkan disini.

Aah inget film Warkop yang tragedi nasi goreng ham…? Si bapak korban nasi goreng ham juga turut ambil bagian disini, lagi-lagi ketiban sial dengan karakter yang sama yaitu Kasino. Pemeran lain banyak dari pada komika Indonesia seperti Ge Pamungkas, Arie Kriting, Vico, Monol dan masih banyak lagi, serius saya lupa namanya siapa aja.

Film ini lebih mementingkan konten dan penyampaian pesan mengenai kenangan manis dari sebuah persahabatan yang tercipta dari Dono, Kasino, Indro. Bukan lagi hal-hal yang kadang merasa janggal di benak kita seperti adegan pantai yang hampir selalu ada jaman dulu, dan sayapun mengakui “hah, ini kenapa tiba-tiba di pantai?” Jadi dari segi cerita atau alurnya itu sangat runtut, tapi kenapa endingnya ini…. Bukan hal buruk kok, endingnya bikin kita penasaran untuk melihat kelanjutannya yang part dua. Saya ingat ending semacam ini di film Lord of the Rings, smooth dan tidak terkesan jika ini dipaksakan untuk dipotong ditengah jalan (banyak banget di nya, terus di nya Sarmidi dimana? Abaikan aja Di).

Overall, akting dari Abimana, Vino dan Tora tergolong bagus, menurut saya karena merepresentasikan tokoh komedi yang dianggap legend sedangkan dari mereka tidak ada dasar pelawak kecuali Tora. Kalo kalian masih ngebandingin lucunya saya ingatkan yah, mereka itu pemain film bukan komedian, perlu kerja ekstra keras untuk berakting sambil memunculkan kelucuan alami. Sedangkan Dono, Kasino dan Indro memang memiliki dasar sebagai komedian jadi hal ini tidak dapat dibandingkan secara objektif. Hargai perfilman Indonesia, ketika kalian melihat film ini tanpa tawa baru kalian boleh berkomentar negatif.

Nah pesan moral yang ingin saya sampaikan disini adalah TERTAWALAH SEBELUM TERTAWA ITU DILARANG!!!

~END~

3 komentar:

  1. Awalnya sayah pengen nonton nih film, tapi beberapa tenab yg udah nonton bilang kalau film ini lucu tapi membosankan... but... setelah membaca review mu ini, wi... aku kok jadi pengen nonton nih film yak.. kamu emang jago banget buat ulasan begini... mau nontonnn...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, sampe dua kali balesinnya kak. Yasud gih buruan nonton, aku gak masukin banyak spoiler sih emang disini soalnya masih tayang di bioskop kalo nonton dari laptop udah banyak banget ini spoilernya...
      Gak ngecewain kok kak, aselik...

      Hapus
  2. Awalnya sayah pengen nonton nih film, tapi beberapa tenab yg udah nonton bilang kalau film ini lucu tapi membosankan... but... setelah membaca review mu ini, wi... aku kok jadi pengen nonton nih film yak.. kamu emang jago banget buat ulasan begini... mau nontonnn...

    BalasHapus